Saat ini kebanyakan manusia hidup dalam kelalaian yang nyata dari (mengingat) Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan kampung akhirat. Dunia dan seluruh perhiasannya telah menjebak umat manusia, angan-angan tak karuan sudah menipunya, dan mereka telah disetir oleh keinginan-keinginan jelek, setan serta hawa nafsu yang selalu menyuruh kepada perbuatan tercela, namun dengan ini semua diri masih mengira bahwa telah berbuat sebaik-baiknya perbuatan.
Sesungguhnya ghaflah (lalai, terlena) adalah racun yang sangat mematikan, dan penyakit yang sangat berbahaya, yang dapat menguasai hati, merasuk mencengkram jiwa, serta menawan/melumpuhkan angota badan.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya: “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (QS: Al Anbiyaa’: 1)
Mayoritas manusia dalam keadaan lalai
Al Imam Ibnu Al Qayyim rahimahulloh berkata: Dan barangsiapa memperhatikan keadaan manusia, maka dia pasti dapatkan mereka seluruhnya –kecuali sedikit saja- merupakan golongan orang-orang yang hatinya lalai dari mengingat Alloh Subhanahu wa Ta’ala, mereka mengikuti hawa nafsunya, sehingga urusan-urusan dan kepentingan mereka terabaikan, yaitu mereka kurang perhatian terhadap hal-hal yang mendatangkan manfaat dan membawa kemashlahatan baginya, sedang mereka menyibukan diri dengan hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat baginya, bahkan justru mendatangkan malapetaka bagi mereka, baik sekarang maupun di masa mendatang.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman-walaupun kamu sangat menginginkannya.” (QS: Yusuf: 103) Dan firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh” (QS: Al An’am: 116) Dan firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS: Yunus: 92)
Namun apakah lalainya kebanyakan manusia dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan dari hari kemudian itu merupakan hujjah bagi orang-orang yang lengah dan suka main-main? Sama sekali tidak…..Itu bukan hujjah bagi mereka, bahkan menjadi hujjah atas mereka, karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus para Rasul, mereka mengajak manusia untuk beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala saja yang tidak ada sekutu baginya, dan meninggalkan jalan-jalan kelengahan dan kesesatan, begitu juga Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan kitab-kitab yang di dalamnya mengandung peringatan dari sikap lalai dan semua pintu-pintunya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hati-mu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS: Al ‘Araf: 205)
Al Imam Abu Muhammad Al Qushariy berkata: Sungguh Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah melarang manusia berbuat lalai, dan Dia telah memerintahkan agar selalu mengingat-Nya setiap saat, Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Berdzikirlah (dengan menyebut nama) Alloh dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS: Al-Ahzab: 41) Dan berfirman, yang artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring” (QS: Ali Imran: 191)
Siksa bagi orang yang lalai
Orang-orang yang lalai mendapatkan sangsi di dunia dan sangsi di akhirat, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang ummat Nabi Musa tatkala mereka mendustakan dan menyakitinya, yang artinya: “Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggalamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu.” (QS: Al-A’raf: 136)
Dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan neraka Jahannam –yaitu tempat siksaan di akhirat– sebagai tempat kembali dan tempat tinggal bagi orang-orang yang lalai, Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manuia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Alloh) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Alloh), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunaknnya untuk mendengar (ayat-ayat Alloh). Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS: Al-A’raf: 179)
Ayat ini menjelaskan bahwa tempat akhir orang-orang yang lalai adalah Jahannam disebabkan mereka memiliki hati, namun hatinya sangat keras, tidak pernah tersentuh dan terenyuh, serta tidak tergerak sedikitpun dengan mau’idhah (wejangan), dia bagaikan batu, bahkan lebih keras. Mereka memiliki mata yang mampu melihat pemandangan dhahir (luar) segala sesuatu, namun tidak mampu melihat dengannya hakikat segala urusan, dan tidak mampu dengannya membedakan antara yang bermanfaat dengan yang membahayakan.
Dan mereka memiliki telinga yang dengannya mereka mendengarkan suara-suara kebatilan, seperti dusta, nyanyian, kata-kata kotor, ghibah, dan namimah, dan mereka tidak mengambil manfaat dengannya dalam mendengarkan hal yang benar dan jujur yang berupa kitab Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah Rasul-Nya Shallallaahu alaihi wa Sallam. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS: Yunus: 7-8)
Dan Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang adzab orang-orang yang lalai di Jahannam, yang artinya: “Dan telah dekat kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang kafir. (Mereka berkata), “Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Alloh, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya.” (QS: Al Anbiya: 97-98)
Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga memberitahukan bahwa kelalaian itu bila telah menguasai hati menyebabkan seseorang ridla dengan kekufuran, dadanya merasa tenteram dengannya, pintu-pintu hidayah tertutup, dan terkuncilah hati itu, wal ‘iyadzu billah, sehingga taubat dan hidayah sangat sulit tercapai, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Alloh menimpanya dan baginya azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasannya Alloh tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran, dan penglihatan-nya telah dikunci mati oleh Alloh, dan mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS: An Nahl: 106-108)
Lalai sebab segala kejelekan
Al Imam Ibnu Al Qayyim berkata: Dan lalai dari (mengingat) Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan hari kemudian bila berpasangan dengan mengikuti hawa nafsu maka terlahirlah dari keduanya segala macam keburukan, dan umumnya bergabung antara keduanya dan tidak pernah terpisahkan. Barang siapa memperhatikan kerusakan situasi alam ini, secara umum maupun khusus maka dia bakal mendapatkannya sebagai akibat dari kedua hal ini.
Kelalaian menjadi penghalang antara seseorang dengan kemampuan memandang kebenaran, mengetahuinya, dan memahaminya, sehingga ia termasuk dalam jajaran orang-orang yang sesat.
Tanda-tanda lalai
Saudaraku tercinta, lalai itu memiliki banyak tanda, dikala kita melihat salah satunya ada dalam diri kita, maka ketahuilah sesungguhnya kita dalam bahaya, cepatlah koreksi diri, kejarlah ketinggalan, dan mulailah menanggulangi tanda-tanda ini dengan cara-cara yang disyari’atkan agar kita mampu melepaskan diri dari cengkaramannya sepanjang masa. Dan di antara-tanda itu adalah:
Menyekutukan Alloh Subhanahu wa Ta’ala, dan inilah fenomena kelalaian yang paling besar.
Kufur, fasiq, dan nifaq.
Melakukan perbuatan-perbuatan keji, seperti zina, sodomi, minum-minuman keras, dan lain sebagainya.
Menyia-nyiakan shalat, dan menyepelekan waktu-waktunya, serta (meninggalkan)mendirikannya secara berjamaah di mesjid.
Sedikit mengingat Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Sedikit membaca Al Qur’an.
Meninggalkan berdoa, dan berlindung kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Mencintai dunia, dan menyibukan diri untuk mengumpulkannya dengan berbagai cara.
Tasyabbuh (menyerupai) dengan musuh-musuh Alloh Subhanahu wa Ta’ala, baik dalam hal pakaian, cara hidup, dan penampilan.
Berteman dengan orang-orang jahat, dan orang yang tidak mau mengingatkannya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Menyia-nyiakan waktu dalam hal yang bukan termasuk ketaatan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Terlalu banyak makan, minum, tidur, dan bergaul, karena itu semua menyebabkan rusaknya hati dan malasnya anggota badan dari melaksanakan berbagai macam ketaatan.
Mendengarkan lagu-lagu, dan menonton siaran parabola yang beracun.
Tidak hati-hati dalam segala hal yang berkaitan dengan halal dan haram.
Melanggar keharaman-keharaman yang nampak, seperti mempergunakan narkoba, merokok, laki-laki mengisbalkan pakaiannya dan mencukur jenggot, wanita ber-tabarruj dan keluar dengan bersolek serta memakai wangi-wangian, dan lain sebagainya.
(Sumber Rujukan: Nasrah Darul Wathan, “Ila mata al ghaflah”)
Rabu, 26 Desember 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar